Rawinala memiliki dua lokasi. Lokasi A terdapat asrama murid, area sekolah, dan area training center. Lokasi B merupakan rumah perawatan bagi 12 tuna netra majemuk dewasa. Setiap lokasi ada pendamping anak yang bertugas selama 24 jam secara bergantian.

Akhir Maret 2020 lalu, ada ayah dari seorang murid yang sakit lalu meninggal. Belakangan diketahui, ayah yang wafat ini positif Covid-19 demikian juga istri dan anaknya (murid Rawinala). Selama ayahnya sakit, sang anak ini dititipkan di asrama A dan tentu saja, melakukan kontak dengan murid lain dan pendamping.

Menyadari hal ini, kami minta bantuan Puskesmas untuk melakukan rapid test. Hasilnya tiga pendamping, satu anak di asrama A, dan dua anak di asrama B diduga positif Covid-19. Asrama A lalu digunakan sebagai tempat isolasi mandiri. Anak-anak lain yang sehat dikumpulkan di asrama B. Saat ini tiga pendamping dinyatakan negatif.

Masyarakat sekitar yang mengetahui bahwa di Rawinala ada yang terpapar Covid-19 mulai resah. Para pendamping yang tinggal di lingkungan sekitar mulai mendapat stigma negatif dan dihindari keluarga dan masyarakat sekitar. Risiko yang mungkin terjadi adalah karyawan kami tidak kuat menanggung stigma. Risiko lain adalah masyarakat mungkin meminta agar isolasi dipindahkan ke tempat lain.

Kami membutuhkan doa dan bantuan untuk hal-hal berikut:

  • Dua pendamping masih dirawat di Wisma Atlet dan satu orang dirawat di rumah.
  • Tiga anak (tidak mandiri) akan tetap diisolasi di asrama A.
  • Semua staff Rawinala, terutama bagi mereka yang mendampingi anak, memiliki risiko tertular yang tinggi.
  • Vitamin, obat-obatan, dan dana.
  • Fasilitas isolasi mandiri apabila masyarakat keberatan asrama A digunakan sebagai tempat isolasi.
  • Relawan yang bisa ikut mendampingi anak-anak di asrama Rawinala.

Apabila ada pembaca yang hendak memberikan bantuan, apapun itu, bisa menghubungi nomor:

Dwihardjo 0811 86 3866

Budi 0813 8239 1455

atau kontak via website ini.